Jumat, 14 Februari 2014

Gunung Slamet ( Pendakian Jalur Bambangan )




Gunung tertinggi di Propinsi Jawa Tengah dan tertinggi ke dua di Pulau Jawa setelah Gunung Semeru ini  merupakan Gunung berapi yang masih aktif , asap Solvatara yang  putih dan tebal akan terlihat jelas bila kita telah berada di puncaknya , hal ini mempertegas bila Gunung ini masih mempunyai energi vulkanik yang tetap tersimpan hingga saat ini.  Kota Purbalingga, Purwokerto ,Tegal dan Slawi adalah kota-kota yang mengelilingi Gunung dengan ketinggian 3428 Mdpl ini.


Pada bulan Juni 2013 yang lalu team Jaya Giri' berkesempatan melakukan pendakian di Gunung Slamet melalui Rute Bambangan kecamatan Bukateja kab.Purbalingga propinsi  Jawa Tengah.

Pukul 18:30 wib kami berangkat menuju Kota Purbalingga, namun sebelumnya kami menjemput 2 orang sahabat kami dari team Stickpala Gunung Sumbing yang sudah bersepakat akan turut serta dalam pendakian  kali ini.

Pukul 20:30 wib kami sampai di desa Garung kab.Wonosobo ( Basecamp Pendakian Gunung Sumbing). Setelah menunggu beberapa saat kedua  sahabat tersebut,  kami segera meneruskan perjalanan menuju Basecamp Pendakian Gunung Slamet di kota Purbalingga.

Perjalanan malam itu membuat kami tertidur untuk sejenak , aktivitas yang padat di siang hari sebelum keberangkatan  sepertinya cukup membuat lelah raga kami.
Pukul 22: 00 kami memasuki wilayah kota Purbalingga. Suasana kota sudah nampak lengang karena waktu sudah cukup malam. Hal ini cukup membingungkan bagi kami untuk mencari petunjuk arah menuju basecamp pendakian Bambangan. Bahkan Mobil yang membawa kami sempat berputar ke sana kemari mencari arah yang pasti guna menuju desa bambangan. 
Setelah beberapa kali bertanya akhirnya kami mendapatkan arah yang tepat menuju desa bambangan. Setelah meneruskan perjalanan dari pusat kota Purbalingga selama 30 menit, mobil yang membawa kami mulai menemui jalan yang terus menanjak dan berliku-liku , hal ini semakin meyakinkan kami bila kami semakin dekat dengan basecamp pendakian yang kami tuju . Dan benar juga dugaan kami, langit yang cerah dan bertaburan bintang mampu menghadirkan bayangan gunung slamet di balik pekatnya malam. Bulan purnama-pun turut menjadi penyempurna malam, cahayanya yang putih keemasan semakin memperjelas  postur tinggi besar dari Gunung slamet yang sebentar lagi akan kami daki. Sungguh panorama malam yang mampu menghipnotis rasa lelah yang ada menjadi semangat yang luar biasa. Semakin tak sabar rasanya kami  memulai langkah pendakian kami esok hari.




Pukul 23:15 kami sampai di Desa bambangan, mobil yang membawa kami berhenti tepat di halaman Pondok Pemuda Pendakian Gunung Slamet desa Bambangan.
Kami segera menurunkan segala perlengkapan pendakian. Pondok pemuda malam itu terlihat sangat lengang, tempat yang luas dengan penerangan lampu yg terang benderang seakan menyambut kami datang. Sungguh apresiasi yang tinggi patut di berikan bagi Pengelola pendakian jalur bambangan yang telah menyediakan tempat yg luas untuk para pendaki sebelum memulai perjalanan pendakian. Namun sayang hal ini kurang di imbangi oleh tingkat kesadaran sebagian para pendaki yg datang mengunjungi, karena masih juga ada yg membuang sampah dengan sembarangan, sehingga nampak sampah-sampah bertebaran di segenap penjuru ruangan . Ada baiknya mulai saat ini mari kita bersama menjaga, basecamp-basecamp pendakian, selter yg ada di pos pendakian, serta menjaga kebersihan di setiap Gunung yang kita daki, agar kebersihan, kenyamanan, serta keindahan akan tetap kita nikmati.

Pukul 01.00 kami bersepakat untuk beristirahat, karena esok pagi pukul 08.00 kami rencanakan memulai pendakian. Suasana yang sunyi dan udara yang cukup dingin mampu membawa kami tertidur di pondok pemuda malam itu.

Pagi pukul 06.00 kami terbangun dari lelapnya tidur kami , setelah sarapan dan mempersiapkan segala yg kami butuhkan. Pukul 08.00 kami memulai perjalanan . 




Gerbang Pendakian 



Perjalanan menuju pos 1 ( Pondok Gembirung) terlebih dahulu melalui ladang-ladang sayur para petani. Medan pendakian juga masih bersahabat bagi awal perjalanan kami.


Awal perjalanan..

Setelah 30 menit berjalan nampak sebuah lapangan Bola di sisi kiri jalur pendakian.




Lapangan Bola

Pohon-pohon pinus serta cemara juga mulai menghiasi panorama di sepanjang perjalanan. Setelah 45 menit berjalan dari lapangan bola  akhirnya sampailah kami di pos 1 (pondok Gembirung). 


Pos 1 Gembirung

Pos 1 memiliki selter dengan bangunan yang cukup kokoh serta luas.  Di pos ini kami beristirahat sebentar sekedar menghela nafas sebelum menuju ke pos berikutnya.

Pos 1 ke pos 2 memiliki medan pendakian yang mulai berbeda dari dengan lintasan sebelumnya. Jalur pendakian menjadi lebih terjal dengan akar-akar pepohonan yang banyak melintang di sepanjang jalur pendakian. Perlu di ketahui Gunung slamet memiliki Hutan tua dengan pepohonan berukuran besar dan cukup lebat. Cahaya matahari yang cukup terik di siang itu bahkan tak mampu menembus rimbun-nya dedaunan di pos 2 gunung slamet. Setelah 1 jam kami berlalu dari pos 1 akhirnya pukul 11.00 siang kami sampai di pos 2 (Pondok Walang).


Pos 2 Walang

Pos 2 Pondok Walang berupa dataran yang terbuka yang mampu untuk mendirikan 2-3 tenda berukuran sedang. Cukup melelahkan juga lintasan dr pos 1 ke pos 2 . Kurang-nya istirahat sebelum pendakian serta kurang tidur menjadikan stamina jadi lebih cepat menurun. Setelah beberapa saat kami istirahat di Pos 2 Pondok Walang, kami mulai meneruskan berjalan menuju pos 3 (Cemara).

Pos 3 Cemara memiliki medan pendakian yang masih sama dengan lintasan Pos sebelumnya, cukup menanjak dgn akar-akar yg semakin banyak menghadang di lintasan pendakian. Hutan yang ada di sepanjang perjalanan semakin lebat . Setelah 75 menit kami berjalan kami sampai di pos 3 Cemara. Sebetulnya kami ingin beristirahat sejenak saja di Pos 3 ini, namun perut yang mulai terasa lapar tak mau lagi di ajak kompromi. Dengan "terpaksa" kami membongkar perbekalan dan memasak mie instant yang menjdi menu andalan di setiap pendakian...:). 

Hampir 40 menit kami berada di pos 3 Cemara, setelah istirahat cukup , kami putuskan untuk segera meneruskan perjalanan agar tercapai rencana kami untuk membuka tenda di pos 5 sebelum datangnya malam.

Dari pos 3 Cemara ke Pos 4 Samarantu mempunyai jarak yang cukup dekat, dan dapat di tempuh dalam waktu 40 mnt. Namun Lintasan pendakian terkadang menjadi lebih sempit. 


Lintasan kadang menyempit seperti parit

Suasana sudah menjelang sore , udara yang ada di sekitar pos 4 seakan menjadi lebih lembab, hal ini mungkin di sebabkan oleh rimbunya hutan yang ada di pos 4, sehingga hanya sedikit sinar matahari yang bisa secara langsung menyinari wilayah pos 4 ini . Saran dari kami, sebaiknya hindari mendaki di Gunung slamet malam hari. Hal ini di karenakan kelembaban udara di gunung sangat terasa, mungkin hal ini di karenakan lebatnya hutan yang ada. Jadi pendapat kami akan lebih aman dan nyaman bila melakukan perjalanan pendakian di Gunung Slamet waktu pagi hingga sore hari. Terlebih lagi bila pendakian di lakukan di musim penghujan, udara yang semakin lembab dan lintasan yang sangat licin bisa menjadi kendala yang signifikan bila melakukan perjalanan pendakian di waktu malam. Untuk wilayah antara pos 2 sampai pos 5 adalah wilayah di mana rimba gunung slamet berada, jadi sebaiknya hindari melintasi pos-pos ini di malam hari agar hal-hal tidak di inginkan tak terjadi. Oleh sebab itu tak bisa di pungkiri Management waktu yang tepat sangat berlaku di jalur ini.


Pos 4 Samarantu

Pos 4 Samarantu, pos ini mempunyai kisah yang cukup banyak di ketahui oleh para pendaki yang pernah mendaki Gunung Slamet jalur Bambangan, konon Samarantu berasal dari kata Samar yang berarti bayangan dan Antu yg berarti Hantu, mungkin itulah sebabnya para Pendaki sangat di sarankan untuk tidak bermalam di pos 4 Samarantu ini. Memang pos 4 ini secara kasat mata  terlihat lebih "menyeramkam " di banding pos-pos yang lain. Hal ini mungkin di karenakan Pos 4 memiliki banyak pohon-pohon besar yang berusia ratusan tahun, beberapa di antaranya tumbang sehingga  membawa suasana yang. "berbeda" dari pos yang lain. Di pos 4 kami sempat bertemu dengan Tim pendaki lain namun seorang anggotanya yang kebetulan wanita sepertinya dalam kondisi yang kurang sehat, sepertinya kelelahan yang menjadi faktor penyebabnya. Kami berinisiatif menawarkan sedikit bantuan berupa makanan dan obat-obatan yg ada, namun ternyata mereka masih memiliki semuanya. Akhirnya kami berpamitan guna meneruskan perjalanan ke pos Impian kami yaitu pos 5 Mata Air.

Pos 4 ke pos 5 hanya 30 mnt dengan perjalanan normal, udara yang semakin lembab di tengah belantara Gunung Slamet membuat nafas mulai sedikit terasa berat. Akhirnya pukul 16.30 kami sampai di pos 5. 


Pos 5 Mata Air

Pos ini memiliki selter yang cukup luas, bahkan waktu kami sampai di pos ini, di dalam selter  ada 2 buah tenda yg berdiri kokoh  di dalamnya...Ini benar-benar rumah di dalam rumah..:).  Saran kami sebaiknya tenda tetap di dirikan di luar atau halaman selter saja guna mengoptimalkan fungsi Selter yang ada, terkecuali bila cuaca benar-benar buruk sehingga mengharuskan pendaki mendirikan tenda di dalam selter .
Di pos 5  kami  mendirikan tenda-tenda yang kami bawa, beberapa anggota tim yg lain berinisiatif mencari air guna menambah suplai air yang ada. 
Pos 5 memang banyak dipilih oleh pendaki untuk mendirikan tenda, karena di dekat pos 5 terdapat sumber air yang merupakan sumber air satu-satunya di jalur pendakian jalur Bambangan . Di pos 5 ini kami tergabung dengan tim Parapin dari Cirebon yang tiba di Pos 5 satu jam setelah kami. Dalam perbincangan kami bersepakat untuk bersama-sama meneruskan perjalanan ke puncak esok pagi. 

Malam itu Cuaca di Gunung Slamet sangat cerah , bahkan udarapun tak se-dingin yang kami kira. Setelah menikmati kopi di tengah hangatnya suasana kami semua terlelap dalam pelukan malam Gunung Slamet.

Pukul 03:30 pagi kami bersiap meneruskan perjalanan ke puncak Gunung Slamet. Udara pagi yang dingin serta suasana yang gelap hampid saja membuat kaki ini merasa enggan meneruskan perjalanan.  Namun semua itu segera sirna saat mata mulai menangkap bayangan hitam puncak gunung Slamet di kejauhan. 

03.45 

Setelah 30 menit kami berjalan kami sampai di pos 6 Samyang Rangkah. Pos Samyang rangkah hanya berupa pelataran kecil tanpa bangunan selter. Di pos ini banyak terdapat pohon-pohon kering tanpa daun karena terbakar di saat musim kemarau melanda rimba gunung Slamet.





Pepohonan kering di sekitar pos 6

Dari pos 6   menuju ke pos 7 Samyang Jampang bisa di tempuh dalam waktu 40 menit. Pos 7 mempunyai selter dengan bentuk bangunan yang hampir sama dengan selter yang ada di pos 5, dan pos 7 ini juga banyak di pilih para pendaki untuk membuka tenda sebelum meneruskan perjalanan ke Puncak Gunung Slamet.




Sekitar 30 menit berjalan kami sampai di pos 8 Samyang Katebonan,  Langit mulai merah pertanda sesaat lagi Sang Mentari akan datang menghampiri. Di pos 8 edelweiss Gunung slamet nampak bermekaran. Ini adalah Edelwiss pertama yang kami temui selama perjalanan kali ini.


Pos 8 Samyang Katebonan

Menurut informasi yang ada pos 9 tak jauh lagi. Setelah 20 mnt berjalan dari pos 8 kami sampai di pos 9 Plawangan. Pos 9 adalah Gerbang menuju puncak gunung Slamet. Di pos 9 ini pula pohon Terakhir Gunung slamet di temui. Karena setelah pos Plawangan para pendaki hanya akan di suguhi bebatuan serta terjalnya medan pendakian .
Pos 9 Plawangan Batu Merah
Kami berhenti sejenak di pos 9 sambil memandangi terjalnya medan yang sesaat lagi "harus" kami lalui. Dari Plawangan menuju puncak masih membutuhkan waktu 2 jam, sungguh bukan waktu yang singkat bila stamina pendaki mulai merasa lelah.



Medan dengan kemiringan 40 derajat dan berbatu sangat membutuhkan kewaspadaan yg ekstra bagi para pendaki untuk menuju  puncak tertinggi Gunung Slamet ini.

Akhirnya kami bersepakat untuk memulai summit attack kami, belum lama berjalan nafas mulai terengah di tengah medan yang tak bisa di anggap mudah. Kerikil dan bebatuan terhampar di sejauh mata memandang.  Dalam perjalanan kami sedikit membandingkan dengan track summit  di puncak merapi. Sama sebenarnya..namun tetap berbeda. Merapi memiliki track yang sedikit lebih terjal namun dalam waktu tempuh yang lebih singkat. Sedang Gunung Slamet dengan track summitnya yang sedikit di bawah merapi namun membutuhkan waktu yg lebih lama untuk sampai di puncaknya. Bebatuan di gunung merapi berwarna hitam ke abu-abuan, sedang di gunung slamet berwarna coklat kemerahan. Mungkin oleh sebab itu pos 9 juga di sebut dengan pos plawangan batu merah.

Setelah Hampir 120 menit kami berjalan dari pos 9, akhirnya kami sampai di puncak benteng Gunung slamet , rasa letih, lelah,  akhirnya sirna di tengah panorama Puncak Gunung Slamet yang luar biasa. Asap Solvatara putih yang menandai masih adanya energi gunung ini seakan menyambut dengan hangat kehadiran kami. Di seluas mata memandang nampak biru-nya langit dan begitu putihnya gumpalan awan. Di sebelah selatan nampak barisan gunung Sindoro, Sumbing ,Merbabu dan juga Merapi. 

Segoro wedi 


Puncak Benteng


Petualangan Awan


Stickpala, Parapin dan Jaya Giri'




Setelah menikmati panorama yg ada, pukul 09.00 kami mulai menuruni puncak Gunung Slamet utk kembali ke pos 5 di mana tenda-tenda kami berada.

Di pos 5 sebelum beranjak pulang ke Basecamp Bambangan


Pukul 12 siang kami putuskan untuk kembali ke basecamp pendakian di Bambangan.



Demikian ringkasan perjalanan pendakian yang kami lakukan, semoga bermanfaat bagi para pendaki yg belum dan ingin mendaki Gunung Slamet . 


Salam Alam Indonesia


Tidak ada komentar:

Posting Komentar